Laman

Monday, February 7, 2011

Guyonan Gusdur 2

9.Ohh Internet
Suatu kali ada seorang Kiai
Madura yang membanggakan
pembangunan pesantrennya
kepada Gus Dur.
“Wah … pesantren saya sudah
jadi. Lengkap, bangunannya luas
bertingkat, ” katanya dengan
wajah bangga. “Kapan-kapan
Gus Dur harus ke sana. Soalnya
sudah lengkap dengan eternit, ”
tambahnya lagi.
“Eternit?” tanya Gus Dur sambil
berpikir setiap bangunan kan
memang perlu eternit.
“Payah, mosok nggak ngerti.
Itu lho yang pakai komputer
…!”
“Ohhh … internet,” jawab Gus
Dur bersama-sama beberapa
orang yang hadir sambil tertawa.
10.Stek Tumbuhan
Di ruang perpustakaan
pribadinya, sedang terjadi
diskusi yang serius antara Gus
Dur dengan salah seorang
anaknya yang kepingin jadi
anggota LKIR.
Gus Dur: “Memangnya apa yang
bisa kamu sumbangkan untuk
LKIR sekolahmu ?”
Anak: “Sebuah penemuan dari
penelitian yang saya lakukan
sendiri. ”
Gus Dur: “Apa itu?”
Anak: “Penggabungan (stek) tiga
jenis tumbuhan yang sangat
berlainan spesiesnya. Dan
ternyata berhasil. ”
Gus Dur: “Apa tiga jenis
tumbuhan itu …?”
Anak: “Kelapa, singkong, dan
tebu.”
Gus Dur: (terdiam, sepertinya
tidak percaya) “Lalu apa yang
terjadi dengan ketiga tumbuhan
itu ?’
Anak: “Jadi gethuk
11.Tiga Jenis Orang NU
Rumah Gus Dur di kawasan
Ciganjur, Jakarta Selatan, sehari-
harinya tidak pernah sepi dari
tamu. Dari pagi hingga malam.
Bahkan tak jarang sampai dini
hari para tamu ini datang silih
berganti baik yang dari kalangan
NU maupun bukan. Mereka pun
banyak dari luar kota.
Menggambarkan fanatisme
orang NU, Gus Dur mengatakan,
tamu-tamu itu ada tiga tipe
orang NU.
Pertama :“Kalau mereka datang
dari pukul 07.00 – 21.00 dan
menceritakan tentang NU, itu
biasanya orang NU yang
memang punya komitmen dan
fanatik terhadap NU, ” kata Gus
Dur.
Kedua:” mereka yang meski
sudah larut malam, sekitar pukul
21.00-01.00, masih mengetuk
pintu Gus Dur dan membicarakan
NU. “Ini namanya orang gila NU,”
ujarnya.
Ketiga: “ kalau ada orang NU
yang masih juga mengetuk pintu
rumah saya jam dua dinihari
hingga jam enam pagi, itu
namanya orang NU yang gila, ”
kata Gus Dur sambil terkekeh.
12.Ho Oh
Seorang ajudan Presiden Bill
Clinton dari Amerika Serikat
sedang jalan-jalan di Jakarta.
Karena bingung dan tersesat,
dia kemudian bertanya kepada
seorang penjual rokok. “Apa
betul ini Jalan Sudirman?” “Ho
oh,” jawab si penjual rokok.
Karena bingung dengan jawaban
tersebut, dia kemudian bertanya
lagi kepada seorang Polisi yang
sedang mengatur lalu lintas. “Apa
ini Jalan Sudirman?” Polisi
menjawab, “Betul.”
Karena bingung mendapat
jawaban yang berbeda, akhirnya
dia bertanya kepada Gus Dur
yang waktu itu kebetulan
melintas bersama ajudannya.
“ Apa ini Jalan Sudirman?” Gus
Dur menjawab “Benar.”
Bule itu semakin bingung saja
karena mendapat tiga jawaban
yang berbeda. Lalu akhirnya dia
bertanya kepada Gus Dur lagi,
mengapa waktu tanya tukang
rokok dijawab “Ho oh,” lalu
tanya polisi dijawab “betul” dan
yang terakhir dijawab Gus Dur
dengan kata “benar.”
Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia
berkata, “Ooh begini, kalau Anda
bertanya kepada tamatan SD
maka jawabannya adalah ho oh,
kalau yang bertanya kepada
tamatan SMA maka
jawabannya adalah betul.
Sedangkan kalau yang bertanya
kepada tamatan Universitas
maka jawabannya benar.“
Ajudan Clinton itu mengangguk
dan akhirnya bertanya, “Jadi
Anda ini seorang sarjana?”
Dengan spontan Gus Dur
menjawab, “Ho … oh!”
13. Made In Japan, Sangat
Cepat …
Di luar Hotel Hilton, Gus Dur
bersama sahabatnya yang
seorang turis Jepang mau pergi
ke Bandara. Mereka naik taksi di
jalan, tiba-tiba saja ada mobil
kencang sekali menyalip taksinya.
Dengan bangga Si Jepang
berteriak, “Aaaah Toyota, made
in Japan. Sangat cepat…!”
Tidak lama kemudian, mobil lain
menyalip taksi itu. Si Jepang
teriak lagi, “Aaaah Nissan, made
ini Japan. Sangat cepat.”
Beberapa lama kemudian, taksi
yang ia naiki lagi-lagi disalip
mobil, dan Si Jepang teriak lagi
“ Aaaah Mitsubishi. Made in Japan
sangat cepat…!” Gus Dur dan
sopir taksi itu merasa kesal
melihat Si Jepang ini bener-bener
nasionalis.
Kemudian, sesampainya di
bandara, sopir taksi bilang ke Si
Jepang. “100 dolar, please…”
“100 dolars…?! Ini tidak jauh dari
hotel.”
“Aaaah… Argometer made in
Japan kan sangat cepat sekali,”
kata Gus Dur menyahut Si Jepang
itu.
****
14. Kesatuan Ummat Beragama
Guyonan lainnya dilontarkan Gus
Dur saat menghadiri “Seminar
wawasan kebangsaan
Indonesia ” di Batam. Di hadapan
100 pendeta dari seluruh
propinsi Kepulauan Riau, Gus Dur
menjelaskan kebersamaan harus
diawali dengan sikap berbaik
hati terhadap sesama.
“Oleh karena itu seluruh umat
bertanggung jawab atas masa
depan bangsa. Boleh berantem
satu sama lain, tapi keselamatan
bangsa tetap diutamakan, ” kata
Gus Dur disambut tawa peserta.
***
15.DPR Turun Pangkat
Dia juga sempat melontarkan
guyonan tentang prilaku
anggota Dewan Perwakilan
Rakyat. Sempat menyebut
mereka sebagai anak Taman
Kanak-Kanak. Gus Dur pun
berseloroh anggota DPR sudah
“ turun pangkat” setelah ricuh
dalam sidang paripurna
pembahasan kenaikan bahan
bakar minyak (BBM) pada 2004
silam.
“DPR dulu TK, sekarang
playgroup,” kata Gus Dur, ketika
menjawab pertanyaan wartawan
tentang kejadian di DPR saat
sidang itu.
***
16.Menyesal Bertemu Bidadari
Bahkan saat menanggapi aksi
jihad yang dilakukan oleh banyak
warga muslim yang percaya
kematiannya akan menjamin
tempat di surga, Gus Dur malah
kembali melemparkan
leluconnya.
“Gus, betulkah para pengebom
itu mati syahid dan bertemu
bidadari di surga ?” tanya
seorang wartawan kepada Gus
Dur.
Gus Dur pun menjawab,
“ Memangnya sudah ada yang
membuktikan?”
“Tentu saja belum kan, ulama
maupun teroris itu kan juga
belum pernah ke surga. Mereka
itu yang jelas bukan mati syahid
tapi mati sakit. Dan kalau pun
mereka masuk surga, mereka
akan menyesal bertemu bidadari,
karena kepalanya masih
tertinggal di dunia dan ditahan
polisi, ” lanjut Gus Dur
cengengesan.
17.Hallo Abdurrahman Saleh
Sudah Mendarat di
Airport Abdurahman Wahid
Pada akhir April 2000, Gus Dur
sempat ke Malang, dan mendarat
di Bandara Abdurrahman Saleh.
Ini mengingatkan dia pada
peristiwa belasan tahun silam,
ketika dia mendarat di bandara
yang sama dari Jakarta, saat
masih ada penerbangan regular
dari Bandara Halim
Perdanakusuma ke Malang.
Waktu itu Gus Dur bersama
antara lain Almarhum Jaksa
Agung Sukarton Marmosujono.
Sebagaimana lazimnya untuk
rombongan orang penting,
mereka pun disambut oleh
pasukan Banser NU.
Ketika rombongan sudah siap
berangkat ke Selorejo, sekitar 60
kilometer dari bandara, petugas
Banser melaporkan pada posko
melalui handy talky.
“Halo, halo, rojer,” kata Mas
Banser. “Lapor: Abdurrahman
Saleh sudah mendarat di airport
Abdurrahman Wahid !”
18. Kaum Almarhum
Mungkinkah Gus Dur benar-
benar percaya pada isyarat dari
makam-makam leluhur?
Kelihatannya dia memang
percaya, sebab Gus Dur selalu
siap dengan gigih dan sungguh-
sungguh membela “ideologi”nya
itu. Padahal hal tersebut sering
membuat repot para koleganya.
Tapi, ini mungkin jawaban yang
benar, ketika ditanya kenapa Gus
Dur sering berziarah ke makam
para ulama dan leluhur.
“Saya datang ke makam, karena
saya tahu. Mereka yang mati itu
sudah tidak punya kepentingan
lagi. ” Katanya.
19. Lupa Tanggal Lahir
Gus Dur, nama lengkapnya
adalah Abdurrahma Al-Dakhil. Dia
dilahirkan pada hari Sabtu di
Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Ada rahasia dalam tanggal
kelahirannya. Gus Dur ternyata
tidak tahu persis tanggal berapa
sebenarnya dia dilahirkan.
Sewaktu kecil, saat dia
mendaftarkan diri sebagai siswa
di sebuah SD di Jakarta, Gus Dur
ditanya, ” Namamu siapa Nak?”
“Abdurrahman,” jawab Gus Dur.
“Tempat dan tanggal lahir?’
“Jombang …,” jawab Gus Dur
terdiam beberapa saat.
“ Tanggal empat, bulan delapan,
tahun 1940,” lanjutnya
Gus Dur agak ragu sebab dia
menghitung dulu bula
kelahirannya. Gus Dur hanya
hapal bulan Komariahnya, yaitu
hitungan berdasarkan
perputaran bulan. Dia tidak ingat
bulan Syamsiahnya atay hitungan
berdasarkan perputaran
matahari.
Yang Gus Dur maksud, dia lahir
bulan Syakban, bulan kedelapan
dalam hitungan Komariag. Tetapi
gurunya menganggap Agustus,
yaitu bulan delapan dalam
hitungan Syamsiah.
Maka sejak itu dia dianggap lahir
pada tanggal 4 Agustus 1940.
Padahal sebenarnya dia lahir
pada 4 Syakban 1359 Hijriah
atau 7 September 1940.

No comments:

Post a Comment