Laman

Tuesday, November 22, 2011

(Membangun Rumah Tangga) Seperti Menggenggam Pasir

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Alloh menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Alloh memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-Nisa' [4] : 1). ---------------------- Disaat kita pergi ke pantai dan bermain pasir ? Bukan membuat aneka bentuk seperti yang sering dikerjakan anak anak, tapi cuma sekadar meraup sedikit dengan kedua belah telapak tangan, Setelah butir-butir pasir itu ada dalam wadah telapak tangan kita, remaslah, makin lama makin kuat, Apa yang terjadi ? semakin kuat dan bersemangat kita meremasnya, semakin banyak pasir yang tumpah dari telapak tangan kita, sampai akhirnya, tinggal tersisa sedikit pasir saja, dan kita tak punya jalan lain kecuali membuangnya. Tapi kita coba ambil lagi pasir-pasir itu, masih dengan kedua telapak tangan sebagai wadah, secukupnya saja, lalu biarkan pasir-pasir itu tetap disitu, rasakanlah dengan segenap hati, perlahan-lahan kita merasakan pasir-pasir itu cuma bergerak di sekitar wadah bila tertiup angin, gesekan antar pasir, atau antara tangan kita dengan pasir, menimbulkan rasa hangat, lalu, ada apa sebenarnya ? adakah hubungan antara bermain pasir dalam genggaman dengan sesuatu dalam hidup kita ? Pasti ada. Bukankah Alloh Subhanahu Wa Taala selalu dengan bijak menuntun kita untuk dapat mengambil permisalan ? apa yang kita lukan ketika kita merasakan jatuh cinta ? menggenggamnya erat-erat dengan segala cara, atau membiarkannya mengikuti alur yang dituntunkan Alloh Subhanahu Wa Taala ? atau kita malah membuangnya tanpa menimbang dulu ? kadang, tanpa sadar kita menggenggamnya sangat erat. Kita begitu takut kehilangan cinta itu, bahkan sampai-sampai kita tak memberinya ruang untuk bergerak, maka cinta pun menjadi sempit dalam banyak arti, Cinta menjadi suatu legalitas penguasaan hidup orang lain yang kita cintai, Kita cenderung mendominasi kehidupan orang itu, Di mana pun, kebersamaan seperti menjadi satu kewajiban. Kita dan pasangan hidup kita lama lama tak lagi bebas bergerak, konsep kebersamaan yang terlalu erat malah membuat orang-orang di dalamnya sukar berkembang, Cinta menjadi stempel hak milik seseorang, tidak boleh dibagi-bagi dengan yang lain, bergerak sedikit menimbulkan kecemburuan, dan orang-orang yang terlilit cemburu pun jadi tidak bebas, hatinya selalu waswas, penuh suuzhan. Jangan-jangan suami saya ada hati dengan si X, jangan-jangan si Y suka sama istri saya, dan sebagainya, hidup jadi tidak tenang, inginnya menuduh dan marah saja, kemudian karena takut kehilangan cinta, maka kita menggenggamnya dengan cara yang salah, yang bila kemudian tak terwujud nyata, kita menjadi tidak percaya terhadap ketentuan-ketentuan Alloh Subhanahu Wa Taala. Maka dikarang-karanglah cara menggenggam cinta yang sepertinya melemparkan jauh-jauh kemungkinan tidak samanya ketentuan Alloh Subhanahu Wa Taala dengan keinginan kita, Naudzubillah !, bagaimana pula cinta bisa terpelihara dengan kondisi-kondisi seperti di atas? Yang terjadi malah cinta itu menjadi kehilangan makna, usang, layu, dan bahkan mati dengan sendirinya. Cinta yang semestinya damai malah membawa resah dan amarah, Cinta makin menjadi sulit dipahami, Makin jauh untuk dicapai, padahal itu cuma bisa dicapai dengan kedamaian batin dan ketulusan hati, Sementara bila kita memilih membuangnya jauh-jauh tanpa menimbangnya lebih dulu, bagaimana ?, memangnya kita sudah yakin betul bahwa kita tidak perlu minta petunjuk Alloh Subhanahu Wa Taala, Sang Maha Pemberi Cinta, sebelum kita betul-betul mengenyahkan rasa itu ?, kalau begitu, di mana kita meletakkan peran Alloh Subhanahu Wa Taala dalam kehidupan kita ?. Dan bersyukurlah orang-orang yang memilih membiarkan cinta itu hadir dalam hidup mereka, kemudian membiarkannya tetap di tampat yang semestinya sepanjang masih dalam batas wajar, kemudian membiarkan Alloh Subhanahu Wa Taala menuntunnya dengan segala kasih sayang-Nya, percayakah Saudara bahwa cinta yang demikian akan menghangatkan hati saudara ? Memberi rasa damai, aman dan nyaman dalam hidup saudara, Cinta yang mengantarkan Saudara pada rasa syukur tak terhingga. Selanjutnya, badai demi badai seperti berlalu dengan damai, Segalanya menjadi kuat, Setertutup apapun Saudara, saya percaya Saudara tetap manusia normal yang butuh dicintai dan mencintai, Saudara pasti menginginkan cinta seperti ini, So, ketika datang seorang yang siap membagi rasa cintanya dengan Saudara dengan cara-cara yang dituntun Alloh Subhanahu Wa Taala dan rasul-Nya, mengapa ragu?. Jangan buru-buru membuangnya tanpa pertimbangan atau menggenggamnya terlalu erat sehingga Saudara malah terdominasi olehnya, Tapi, coba biarkan ia tetap di tempatnya, sementara Saudara mohon pertimbangan pada yang di Arsy Alloh Subhanahu Wa Taala. And life becomes sweeter than ever... ----------------
Selamat menempuh perjalanan panjang, semoga rumah tangga yang baru dan sedang saudara rintis melahirkan generasi generasi penerus yang mencintai dan dicintai Alloh subhanahu wa taala, dan bagi saudara yang belum mendapatkan jodoh jangan putus asa dengan rahmat Alloh subhanahu wa taala yang sangat luas, seraya memohon ampun dan meminta pada sang pemiliknya, dengan jodoh yang dapat menjadi panutan dan imam menuju kebahagiaan dunia sampai akhirat, aamiin yarobbal alamiin Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

No comments:

Post a Comment