Laman

Monday, February 7, 2011

Kriteria Calon istri yang baik

Allah berfirman dalam Q.S. An-
Nisaa' ayat tiga, yang artinya:
"Jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu
mengawininya), kawinilah
wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi, ..."
Penjelasan:
Ayat tersebut menyebutkan
agar laki-laki memilih
perempuan yang memikat atau
menyenangkan hatinya
sebagai istri. Kata-kata yang
dipergunakan pada ayat di
atas yaitu "thaaba". Kata ini
berarti :
1. Baik, seperti dalam kalimat:
"Hadzaa syaiun thayyib." (Ini
adalah urusan yang baik). Kata
thayyib berasal dari thaaba.
2. Hatinya baik, seperti pada
kalimat: "Hiya imra'atun
thaabat nafsuha".(Perempuan
ini baik hatinya).
3. Ya, sebagai kata jawab,
seperti dalam kalimat: "Thayyib,
ana hadhir". (Ya, saya datang).
Dari ketiga arti di atas kita
dapat mengetahui bahwa arti
kata thaaba pada ayat tersebut
adalah sifat baik hati, akhlaq
dan kepribadian perempuan
yang membuat calon suaminya
merasa tertarik dan senang.
Tanpa adanya faktor-faktor ini,
rasa tertarik, senang dan
terpikat tidak akan ada.
Istri yang bisa membuat
suaminya merasa senang dan
tertarik akan semangat untuk
bersama-sama membangun
rumah tangga yang sakinah
dan damai. Tanpa
rasa senang dan terpikat sulit
akan tercipta kemesraan dan
keintiman dalam hidup
berumah tangga. Oleh karena
itu, laki-laki yang hendak
memilih seorang perempuan
sebagai calon istrinya harus
bertanya kepada dirinya
sendiri apakah hatinya benar-
benar merasa senang dan
terpikat kepada perempuan
tersebut atau tidak. Ia harus
jujur menghayati perasaannya
sendiri dalam memperhatikan
hal-ihwal perempuan yang
diminati sebelum melamarnya,
apalagi menikahinya.
Daya tarik yang utama dan
bertahan lama, bahkan sampai
akhir hayat adalah daya tarik
akhlaq dan ketaatan
perempuan yang
bersangkutan kepada Allah
dan
Rasul-Nya. Adapun daya tarik
lainnya adakalanya
menyebabkan kebosanan atau
kebencian di belakang hari.
Kecntikan, misalnya, semakin
lama akan memudar.
Suami tidak menaruh cinta lagi
kepada istrinya karena ia tidak
cantik lagi, atau karena suatu
musibah yang merusak
kecantikan istri, suami tidak
lagi tertatik, bahkan
menjauhinya. Daya tarik lainnya
adalah kekayaan. Seorang laki-
laki memperistri seorang
perempuan karena tertarik
pada kekayaannya.
Setelah menikah sekian tahun,
harta kekayaan istri habis,
sehingga suami kehilangan
rasa tertarik terhadap istrinya.
Oleh karena itu, yang akan
menjamin suami tertarik dan
terpesona kepada istrinya
secara langgeng adalah daya
tarik akhlaq dan ketaatan
beragama seorang
perempuan.
Untuk memastikan apakah
seorang laki-laki tertarik
kepada calon istrinya atau
tidak, dia hendaklah menguji
kejujuran hatinya berulang kali
dengan cara-cara antara lain:
1. Membandingkannya dengan
perempuan lain. Jika hatinya
ternyata masih bimbang,
berarti dia belum terpikat
sepenuh hati kepada
perempuan tersebut.
2. Mengendapkan
keinginannya lebih lama
kepada perempuan tersebut
sehingga dapat lebih diyakini
ketertarikan dan kesenangan
hatinya. Jika setelah beberapa
lama ternyata ia masih tetap
tertarik dan menyenanginya,
berarti perempuan tersebut
mendapatkan nilai yang tinggi
di dalam hatinya.
3. Mengamati daya tarik
perempuan tersebut dengan
seksama apakah daya tariknya
merupakan sifat-sifat asli atau
sekedar polesan. Dengan
mengetahui keadaan
sebenarnya, ketertarikan
terhadap perempuan yang
bersangkutan akan langgeng
karena benar-benar timbul dari
dalam hatinya. Sebaliknya, jika
daya tarik perempuan itu
hanya bersifat polesan, dia
lebih baik mengundurkan diri,
karena daya tarik yang sifatnya
polesan tidak bertahan lama.
Setiap laki-laki perlu
memperhatikan aspek ini
sebagai tolok ukur dalam
menilai perempuan yang
menjadi calon istrinya agar
terhindar dari keadaan yang
tidak diinginkan kemudian
saat berumah tangga.
Sering terjadi seorang laki-laki
sangat kecewa dan menyesal
karena istri yang dahulu dinilai
memiliki sifat-sifat terpuji,
terbukti memiliki sifat-sifat
sebaliknya. Sifat yang dulu
ditampilkan di hadapan calon
suaminya ternyata hanya
polesan. Akibatnya, wanita
yang dipilih menjadi istrinya
benar-benar dirasakan sebagai
orang lain, bukan wanita yang
didambakanya sebelumnya.
Kejadian semacam ini hanya
meninggalkan rasa perih,
kecewa, dan marah yang
terpendam.
Berikut ini kami kemukakan
beberapa contoh perempuan
yang memiliki daya tarik
polesan atau semu:
1. Seorang perempuan yang
terlihat cantik karena bersolek.
Karena setelah menjadi istri ia
tidak mampu membeli
peralatan kecantikan,
terlihatlah keadaan aslinya.
Suami melihat bahwa istri yang
disangka benar-benar cantik
alami ternyata tidak cantik.
Kecantikannya hanya polesan
belaka. Untuk
mempertahankan
penampilannya suami harus
mengeluarkan biaya banyak
sehingga menguras
pendapatanya. Hal semacam ini
menimbulkan kejengkelan dan
kemarahan sehingga ia
membenci istrinya.
2. Seorang perempuan dari
status sosial yang terhormat
tetapi sikapnya merendahkan
suaminya. Ia memandang
suaminya yang harus
menghormati dirinya,
bukan dia yang harus
menghormati suaminya. Pada
awalnya suami tidak begitu
merasa terhina oleh sikap
istrinya, tetapi semakin lama
suami merasakan bahwa
dirinya tidak dihargai oleh
istrinya sebagai kepala rumah
tangga.
Suami merasa kecewa dan
jengkel kepada istrinya
sehingga mereka semakin
renggang. Suasana semacam
ini mengakibatkan rumah
tangga tidak lagi dipenuhi
kecintaan dan kemesraan,
yang ada hanyalah
permusuhan yang
tersembunyi.
Untuk menghindari terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan
dalam rumah tangga Allah
menegaskan dengan firman-
Nya pada ayat di atas agar laki-
laki memilih perempuan yang
benar-benar disenanginya dan
memiliki daya pikat yang sejati.
Ia jangan mudah tertipu
penglihatan sepintas terhadap
kecantikan, kekayaan, dan
status sosial yang lebih banyak
dibangkitkan oleh selera
rendah yang sifatnya
sementara. Ia hendaklah
benar-benar menguji hati
nuraninya dengan cara-cara
yang benar sehingga yakin
bahwa perempuan yang
hendak dijadikan istrinya
benar-benar sesuai dengan
hati nuraninya. Pengamatan jeli
dan seksama dalam memilih
calon istri yang sesuai dengan
tuntutan Islam merupakan hal
utama yang harus ia
lakukan.*** (AlDakwah.org)

No comments:

Post a Comment