Friday, January 13, 2012
Surat Istri untuk Suami
Wahai suamiku…, kutulis surat ini
dengan kehangatan cinta dan
kasih sayang kepadamu. Semoga
Allah senantiasa menjaga kita.
Wahai Suamiku, engkau adalah
pemimpin rumah tangga kita,
aturlah kami dengan aturan
Allah, pimpinlah kami untuk taat
kepada-Nya, bimbinglah kami
terhadap apa yang maslahat
(baik) untuk kami. Insya Allah
engkau akan mendapatiku dan
anak-anak menghormatimu,
memuliakanmu dan taat
kepadamu. Itulah kewajiban
sebagai seorang yang dipimpin
kepada yang memimpin.
Allah Ta’aalaa berfirman :
ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝُ ﻗَﻮَّﺍﻣُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ
“Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum
wanita.” (Qs. an-Nisa’:34)
ﻭَﻟَﻬُﻦَّ ﻣِﺜْﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﺑِﺎﻟﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ
ﻭَﻟِﻠﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﺩَﺭَﺟَﺔٌ ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﺰِﻳﺰٌ ﺣَﻜِﻴﻢٌ
“Dan para wanita mempunyai
hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang
ma’ruf. Akan tetapi, para suami
mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada istrinya. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Qs. al-Baqarah :
228)
Wahai suamiku, engkau adalah
anugerah dan kenikmatan yang
besar yang Allah karuniakan
kepadaku. Ketika banyak para
wanita yang belum menikah,
Allah mengaruniakanku seorang
suami shalih -Insya Allah- seperti
dirimu. Ketika banyak dari para
wanita yang mempunyai suami
yang tidak memperhatikan
agama istrinya, Allah
memberikanku seorang suami
yang selalu menyemangatiku
untuk hadir ke majelis-majelis
ilmu. Ketika banyak suami yang
acuh-tak-acuh dengan
perbuatan-perbuatan istrinya
yang salah, Allah memberikan
kepadaku seorang suami yang
selalu menasehatiku. Ketika
banyak suami yang tak peduli
halal dan haram ketika ia
mencari rezeki, Allah
memberikan kepadaku seorang
suami yang merasa cukup
dengan yang halal. Banyak lagi
kebaikan dan keutamaanmu,
apakah pantas bagiku untuk
tidak bersyukur kepada Allah
atas nikmat dirimu, apakah
pantas bagiku untuk tidak
berterima kasih kepadamu
dengan segala kebaikanmu,
kasih sayangmu, perhatianmu,
jerih payahmu untuk diriku…
Allah Ta’aala berfirman :
ﻭَﺇِﺫْ ﺗَﺄَﺫَّﻥَ ﺭَﺑُّﻜُﻢْ ﻟَﺌِﻦْ ﺷَﻜَﺮْﺗُﻢْ ﻟَﺄَﺯِﻳﺪَﻧَّﻜُﻢْ
ﻭَﻟَﺌِﻦْ ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢْ ﺇِﻥَّ ﻋَﺬَﺍﺑِﻲ ﻟَﺸَﺪِﻳﺪٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Allah
mema’lumkan, sesungguhnya
jika kamu bersyukur pasti Kami
akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku) maka
sesungguhnya adzab-Ku sagat
pedih.” ( Qs. Ibrahim : 7)
Dan dalam sebuah hadits
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Aku melihat
neraka dan aku melihat sebagian
besar penduduknya adalah kaum
wanita. Mereka (para sahabat)
bertanya, ‘Mengapa demikian
wahai Rasulullah?
ﻳﻜﻔﺮﻥ ﺍﻟﻌﺸﻴﺮ ﻭﻳﻜﻔﺮﻥ ﺍﻹﻟﺤﺴﺎﻥ, ﻟﻮ
ﺃﺣﺴﻨﺖ ﺍﻟﻰ ﺇﺣﺪﺍﻫﻦ ﺍﻟﺪﻫﺮ, ﺛﻢ ﺭﺃﺕ
ﻣﻨﻚ ﺷﻴﺄ ﻗﺎﻟﺖ : ﻣﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﻣﻨﻚ ﺧﻴﺮ ﻗﻂ
Mereka mendurhakai suami dan
mengingkari kebaikannya.
Sekiranya seorang dari mereka
engkau perlakukan dengan baik
sepanjang masa, lalu ia melihat
sesuatu (kesalahan) darimu, ia
akan berkata, ‘Aku tidak pernah
melihat satu pun kebaikan
darimu selama ini.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Wahai suamiku, segala puji bagi
Allah sematalah kemudian karena
sebab pendidikan orang tuaku
yang baik, yang telah
mempersiapkan dan mendidikku
untuk menjadi seorang istri dan
ibu rumah tangga yang baik,
sehingga aku sadar bahwasanya
pernikahan bukanlah surga yang
tak ada problema, kesusahan
dan kesulitan. Dan juga bukanlah
neraka yang ada hanya
kesusahan dan kesengsaraan.
Semoga dengan sebab itu aku
lebih siap dan tegar jika
kesusahan, kesulitan datang
menerpa. Wahai suamiku, Insya
Allah engkau akan mendapatiku
menjadi pendamping yang
kokoh dalam mengarungi
kehidupan rumah tangga ini,
hanya kepada Allahlah aku
memohon pertolongan.
Allah Ta’aala berfirman :
ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ
“ Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon
pertolongan.” (Qs. al-Fatihah : 5)
Wahai suamiku, keinginanmu
agar aku dekat dengan orang
tuamu, akupun menginginkan
hal yang demikian. Orang tuamu
adalah orang tuaku juga. Dan
aku ingin engkau tetap berbakti,
melayani dan memberikan
perhatian yang besar kepadanya
walaupun engkau sudah
menikah. Insya Allah aku akan
membantumu untuk hal itu.
Allah Ta’alaa berfirman :
ﻭَﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻻ ﺗُﺸْﺮِﻛُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﺷَﻴْﺌًﺎ
ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ ﺇِﺣْﺴَﺎﻧًﺎ
“ Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua
orang tua (ibu dan bapak).” (Qs.
an-Nisa’ : 36)
Wahai suamiku, banyak hal yang
tidak diperhatikan oleh sebagian
istri tentang perkara-perkara
yang membuat suaminya senang
dan menghindari sesuatu yang
membuat suaminya tidak suka. Di
antaranya tampil apa adanya di
depan suaminya, tidak mau
berdandan dan mempercantik
diri. Wahai suamiku, katakanlah
kepadaku apa yang membuat
dirimu senang sehingga aku
berusaha untuk melakukannya
dan katakanlah sesuatu yang
membuatmu benci sehingga aku
menjauhinya.
Dan dalam sebuah hadits
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
ﺧﻴﺮ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺴﺮﻩ ﺇﺫﺍ ﻧﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻭ
ﺗﻄﻴﻌﻪ ﺍﺫﺍ ﺃﻣﺮ ﻭﻻ ﺗﺨﺎﻟﻔﻪ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻭﻻ
ﻣﺎﻟﻬﺎ ﺑﻤﺎ ﻳﻜﺮﻫﺎ
“ Sebaik-baik istri adalah yang
menyenangkan suami apabila
ia melihatnya , mentaati apabila
suami menyuruhnya, dan tidak
menyelisihi atas dirinya dan
hartanya dengan apa yang tidak
disukai suaminya.” (HR. ath-
Thabrani dari ‘Abdullah bin
Salam, dishahihkan oleh Syaikh
al-Albani)
Wahai suamiku, sungguh sebuah
keburukan kalau aku tidak bisa
menerima kekurangan dirimu di
mana kelebihanmu tak
sebanding dengan
kekuranganmu. Padahal aku tahu
tak ada seorang yang sempurna.
Apakah pantas aku bersikap
seperti itu, sedangkan engkau
ridha dan bershabar dengan
berbagai kekurangan diriku.
Wahai suamiku, ketika aku
merasa lelah dalam mengurus
pekerjaan rumah, aku teringat
kisahnya seorang wanita yang
mulia, pemimpin wanita di surga
yang merasa keletihan ketika ia
mengerjakan tugasnya sebagai
ibu rumah tangga. Seorang
wanita shalihah yang memiliki
jiwa yang mulia, hati yang bersih
dan akal yang terbimbing oleh
syari’at yang agung. Semoga aku
bisa meneladani keshabaran
Fathimah putrinya Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
bukan malah meneladani wanita
yang akalnya menjadi tempat
sampah pemikiran barat yang
menamakan dirinya Feminisme.
“ Suatu ketika Fathimah
mengeluh kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam atas
kelelahan yang ia rasakan sebab
ia menarik alat penggiling
hingga berbekas di kedua
tangannya, menimba air dengan
qirbah (tempat air pada masa
itu) hingga qirbah membekas di
lehernya, dan menyalakan api di
tungku hingga mengotori
pakaiannya. Itu semua terasa
berat baginya. Lalu apa
tanggapan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam tentang hal itu?
Beliau menasehati Fathimah dan
Ali bin Abi Thalib agar bertasbih
sebanyak 33 kali, bertahmid 33
kali dan bertakbir 33 kali setiap
hendak tidur . Beliau bersabda
kepada keduanya bahwa itu
semua lebih baik dari pembantu
(yang Fathimah minta –ed).” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment