Tuesday, January 31, 2012
ayat Qur'an dan hadits Rosul tg menikah
"Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang
isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga
memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka
Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih &
sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari
isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah
dosa-dosa dari segala jemari keduanya" (HR. Abu Sa'id)
"Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah
berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang
diamalkan oleh jejaka (atau perawan)" (HR. Ibnu Ady
dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Ar-Ruum
21)
"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN
MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas
(pemberianNya) dan Maha Mengetahui."
(An Nuur 32)
"Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan,
supaya kamu mengingat kebesaran Allah" (Adz Dzariyaat
49)
"Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu
perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk" (Al-Isra
32)
"Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang,
kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar
menjadi cocok dan tenteram kepadanya" (Al-A'raf 189)
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang
baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)"
(An-Nur 26)
"Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan" ( An
Nisaa : 4)
"Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka,
bukan golonganku" (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)
"Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu :
berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan
menikah" (HR. Tirmidzi)
"Janganlah seorang laki-laki berdua-duan (khalwat)
dengan seorang perempuan, karena pihak ketiga adalah
syaithan" (Al Hadits)
"Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang
telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah.
Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa
yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena
sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya"
(HR. Bukhori-Muslim)
"Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat,
sebab syaithan menemaninya. Janganlah salah seorang di
antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai
mahramnya" (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari
Abdullah Ibnu Abbas ra).
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang
wanita yang tidak disertai mahramnya, karena
sesungguhnya yang ketiga adalah syetan" (Al Hadits)
"Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan
sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang
sholihah" (HR. Muslim)
"Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau
senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia
(dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima
(lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan
kerusakan yang luas" ( H.R. At-Turmidzi)
"Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh
Allah, berarti telah ditolong oleh-Nya pada separuh
agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa pada
separuh yang lain" (Al Hadits)
"Jadilah istri yang terbaik. Sebaik-baiknya istri,
apabila dipandang suaminya menyenangkan, bila
diperintah ia taat, bila suami tidak ada, ia jaga
harta suaminya dan ia jaga kehormatan dirinya" (Al
Hadits)
"Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : a.
Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b.
Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i
yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang
haram" (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
"Wahai generasi muda! Bila diantaramu sudah mampu
menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih
terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara"
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud)
"Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang
mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu
sebagai umat yang terbanyak" (HR. Abu Dawud)
"Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah
kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku
bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah
umat yang lain" (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)
"Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan
sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah"
(HR. Bukhari)
"Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang
hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling
hina adalah kematian orang yang memilih hidup
membujang" (HR. Abu Ya¡�la dan Thabrani)
"Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang
siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih
lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan
terhormat" (HR. Ibnu Majah,dhaif)
"Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang
yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah
akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan
menambah keluhuran mereka" (Al Hadits)
"Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau
akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan
akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu
dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita
karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang
menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan
memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita
karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan
kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya
karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya
atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah
senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan
itu padanya" (HR. Thabrani)
"Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya,
mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan
kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin
saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan
tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab,
seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk
wajahnya adalah lebih utama" (HR. Ibnu Majah)
"Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah
bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang
karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan
kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama" (HR.
Muslim dan Tirmidzi)
"Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang
paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al Hakim, Al
Baihaqi dengan sanad yang shahih)
"Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau
lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah,
maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi
wali pernikahannya." (HR. Ashhabus Sunan)
"Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang
sederhana belanjanya (maharnya)" (HR. Ahmad)
"Dari Anas, dia berkata : " Abu Thalhah menikahi Ummu
Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya" (Ditakhrij
dari An Nasa'i)
"Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor
kambing." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sunday, January 15, 2012
Selesaikan Masalah Dengan Melupakan & Mema’afkan
Manusia adalah makhluk yang tidak bisa melepaskan diri dari kesalahan, salah satu menyikapi kesalahan selain bertaubat adalah dengan cara melupakan dan mema’afkan, baik dirinya sendiri maupun kesalahan dari orang lain yang punya kontribusi nyata dalam masalah kita.
Memaafkan Diri Sendiri
Jika kesalahan itu murini dari diri sendiri, janganlah terlalu lama mengumpat dan meratapi, betapapun besar kesalahan itu,namun dia telah memberi satu pelajaran berharga dalam hidup kita. Ternyata kesalahan yang dulu pernah kita “nikmati” akhirnya akan membawa akibat buruk dan menyisakan kerugian yang teramat besar, dan karena itu kita tahu kesalahn itu tidak patut diulanginya lagi.
Tidak ada yang bisa menghapus noktah hitam masa lalu kita selain diri kita sendiri, dengan cara mema’afkan diri kita, kemudian disusul dengan perilaku yang baik, tanamkan dalam hati, bahwa kesalahan yang pernah kita lakukan adalah hal wajar, setiap manusia pasti pernah berbuat salah, yang tidak wajar adalah ketika kita memperparahnya dan hidup pun menjadi stagnan lalu mati hanya karena satu kesalahan.
Mema’afkan Orang Lain
Jika kesalahan itu datang dari orang lain, kita harus tahu bahwa memelihara dendam dalam diri hanya akan menghabiskan energi dan waktu, serta menimbun penyakit dan membiarkan penyakit itu berkembang-biak, bersarang dalam jiwa. Sungguh terlampau besar biaya yang harus dibayar karenanya, sebab kita membayarnya dengan hati, daging dan darah serta air mata kita, ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan kita, semua kita korbankan karena membayangkan manisnya balas dendam kepada orang yang telah berbuat salah pada kita.
Melupakan Dengan Meninggalkan Masalah Itu dan Menghapusnya
Tidak mudah memang menghapus masalah dari ingatan buruk kita dihari-hari kelabu bersamanya. sebab kesan pikiran yang terlanjur terukir dibenak kita memang sulit untuk dihapus begitu saja. Bahkan seolah ia terus membelenggu kaki tangan kita sehingga kita seperti tak kuasa melakukan apa-apa untuk keluar dari masalah tersebut. Namun kesan dan pikiran yang kerap mengganggu itu tidak berarti tidak bisa dihilangkan, masih ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk melupakannya, yaitu dengan meninggalkan dan menghapus jejaknya, sama sekali.
Termasuk cara menghapus jejak masa lalu adalah dengan meninggalkan atau menjauhi orang-orang yang pernah membantu kita melakukan kesalahan itu, Kalau perlu tinggalkan lingkungan yang disana kita pernah berbuat salah.
” jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang-orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang bodoh ” (QS. Al-A’raf : 199 )
Friday, January 13, 2012
Surat Istri untuk Suami
Wahai suamiku…, kutulis surat ini
dengan kehangatan cinta dan
kasih sayang kepadamu. Semoga
Allah senantiasa menjaga kita.
Wahai Suamiku, engkau adalah
pemimpin rumah tangga kita,
aturlah kami dengan aturan
Allah, pimpinlah kami untuk taat
kepada-Nya, bimbinglah kami
terhadap apa yang maslahat
(baik) untuk kami. Insya Allah
engkau akan mendapatiku dan
anak-anak menghormatimu,
memuliakanmu dan taat
kepadamu. Itulah kewajiban
sebagai seorang yang dipimpin
kepada yang memimpin.
Allah Ta’aalaa berfirman :
ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝُ ﻗَﻮَّﺍﻣُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ
“Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum
wanita.” (Qs. an-Nisa’:34)
ﻭَﻟَﻬُﻦَّ ﻣِﺜْﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﺑِﺎﻟﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ
ﻭَﻟِﻠﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﺩَﺭَﺟَﺔٌ ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﺰِﻳﺰٌ ﺣَﻜِﻴﻢٌ
“Dan para wanita mempunyai
hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang
ma’ruf. Akan tetapi, para suami
mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada istrinya. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Qs. al-Baqarah :
228)
Wahai suamiku, engkau adalah
anugerah dan kenikmatan yang
besar yang Allah karuniakan
kepadaku. Ketika banyak para
wanita yang belum menikah,
Allah mengaruniakanku seorang
suami shalih -Insya Allah- seperti
dirimu. Ketika banyak dari para
wanita yang mempunyai suami
yang tidak memperhatikan
agama istrinya, Allah
memberikanku seorang suami
yang selalu menyemangatiku
untuk hadir ke majelis-majelis
ilmu. Ketika banyak suami yang
acuh-tak-acuh dengan
perbuatan-perbuatan istrinya
yang salah, Allah memberikan
kepadaku seorang suami yang
selalu menasehatiku. Ketika
banyak suami yang tak peduli
halal dan haram ketika ia
mencari rezeki, Allah
memberikan kepadaku seorang
suami yang merasa cukup
dengan yang halal. Banyak lagi
kebaikan dan keutamaanmu,
apakah pantas bagiku untuk
tidak bersyukur kepada Allah
atas nikmat dirimu, apakah
pantas bagiku untuk tidak
berterima kasih kepadamu
dengan segala kebaikanmu,
kasih sayangmu, perhatianmu,
jerih payahmu untuk diriku…
Allah Ta’aala berfirman :
ﻭَﺇِﺫْ ﺗَﺄَﺫَّﻥَ ﺭَﺑُّﻜُﻢْ ﻟَﺌِﻦْ ﺷَﻜَﺮْﺗُﻢْ ﻟَﺄَﺯِﻳﺪَﻧَّﻜُﻢْ
ﻭَﻟَﺌِﻦْ ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢْ ﺇِﻥَّ ﻋَﺬَﺍﺑِﻲ ﻟَﺸَﺪِﻳﺪٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Allah
mema’lumkan, sesungguhnya
jika kamu bersyukur pasti Kami
akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku) maka
sesungguhnya adzab-Ku sagat
pedih.” ( Qs. Ibrahim : 7)
Dan dalam sebuah hadits
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Aku melihat
neraka dan aku melihat sebagian
besar penduduknya adalah kaum
wanita. Mereka (para sahabat)
bertanya, ‘Mengapa demikian
wahai Rasulullah?
ﻳﻜﻔﺮﻥ ﺍﻟﻌﺸﻴﺮ ﻭﻳﻜﻔﺮﻥ ﺍﻹﻟﺤﺴﺎﻥ, ﻟﻮ
ﺃﺣﺴﻨﺖ ﺍﻟﻰ ﺇﺣﺪﺍﻫﻦ ﺍﻟﺪﻫﺮ, ﺛﻢ ﺭﺃﺕ
ﻣﻨﻚ ﺷﻴﺄ ﻗﺎﻟﺖ : ﻣﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﻣﻨﻚ ﺧﻴﺮ ﻗﻂ
Mereka mendurhakai suami dan
mengingkari kebaikannya.
Sekiranya seorang dari mereka
engkau perlakukan dengan baik
sepanjang masa, lalu ia melihat
sesuatu (kesalahan) darimu, ia
akan berkata, ‘Aku tidak pernah
melihat satu pun kebaikan
darimu selama ini.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Wahai suamiku, segala puji bagi
Allah sematalah kemudian karena
sebab pendidikan orang tuaku
yang baik, yang telah
mempersiapkan dan mendidikku
untuk menjadi seorang istri dan
ibu rumah tangga yang baik,
sehingga aku sadar bahwasanya
pernikahan bukanlah surga yang
tak ada problema, kesusahan
dan kesulitan. Dan juga bukanlah
neraka yang ada hanya
kesusahan dan kesengsaraan.
Semoga dengan sebab itu aku
lebih siap dan tegar jika
kesusahan, kesulitan datang
menerpa. Wahai suamiku, Insya
Allah engkau akan mendapatiku
menjadi pendamping yang
kokoh dalam mengarungi
kehidupan rumah tangga ini,
hanya kepada Allahlah aku
memohon pertolongan.
Allah Ta’aala berfirman :
ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ
“ Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon
pertolongan.” (Qs. al-Fatihah : 5)
Wahai suamiku, keinginanmu
agar aku dekat dengan orang
tuamu, akupun menginginkan
hal yang demikian. Orang tuamu
adalah orang tuaku juga. Dan
aku ingin engkau tetap berbakti,
melayani dan memberikan
perhatian yang besar kepadanya
walaupun engkau sudah
menikah. Insya Allah aku akan
membantumu untuk hal itu.
Allah Ta’alaa berfirman :
ﻭَﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻻ ﺗُﺸْﺮِﻛُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﺷَﻴْﺌًﺎ
ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ ﺇِﺣْﺴَﺎﻧًﺎ
“ Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua
orang tua (ibu dan bapak).” (Qs.
an-Nisa’ : 36)
Wahai suamiku, banyak hal yang
tidak diperhatikan oleh sebagian
istri tentang perkara-perkara
yang membuat suaminya senang
dan menghindari sesuatu yang
membuat suaminya tidak suka. Di
antaranya tampil apa adanya di
depan suaminya, tidak mau
berdandan dan mempercantik
diri. Wahai suamiku, katakanlah
kepadaku apa yang membuat
dirimu senang sehingga aku
berusaha untuk melakukannya
dan katakanlah sesuatu yang
membuatmu benci sehingga aku
menjauhinya.
Dan dalam sebuah hadits
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
ﺧﻴﺮ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺴﺮﻩ ﺇﺫﺍ ﻧﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻭ
ﺗﻄﻴﻌﻪ ﺍﺫﺍ ﺃﻣﺮ ﻭﻻ ﺗﺨﺎﻟﻔﻪ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻭﻻ
ﻣﺎﻟﻬﺎ ﺑﻤﺎ ﻳﻜﺮﻫﺎ
“ Sebaik-baik istri adalah yang
menyenangkan suami apabila
ia melihatnya , mentaati apabila
suami menyuruhnya, dan tidak
menyelisihi atas dirinya dan
hartanya dengan apa yang tidak
disukai suaminya.” (HR. ath-
Thabrani dari ‘Abdullah bin
Salam, dishahihkan oleh Syaikh
al-Albani)
Wahai suamiku, sungguh sebuah
keburukan kalau aku tidak bisa
menerima kekurangan dirimu di
mana kelebihanmu tak
sebanding dengan
kekuranganmu. Padahal aku tahu
tak ada seorang yang sempurna.
Apakah pantas aku bersikap
seperti itu, sedangkan engkau
ridha dan bershabar dengan
berbagai kekurangan diriku.
Wahai suamiku, ketika aku
merasa lelah dalam mengurus
pekerjaan rumah, aku teringat
kisahnya seorang wanita yang
mulia, pemimpin wanita di surga
yang merasa keletihan ketika ia
mengerjakan tugasnya sebagai
ibu rumah tangga. Seorang
wanita shalihah yang memiliki
jiwa yang mulia, hati yang bersih
dan akal yang terbimbing oleh
syari’at yang agung. Semoga aku
bisa meneladani keshabaran
Fathimah putrinya Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
bukan malah meneladani wanita
yang akalnya menjadi tempat
sampah pemikiran barat yang
menamakan dirinya Feminisme.
“ Suatu ketika Fathimah
mengeluh kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam atas
kelelahan yang ia rasakan sebab
ia menarik alat penggiling
hingga berbekas di kedua
tangannya, menimba air dengan
qirbah (tempat air pada masa
itu) hingga qirbah membekas di
lehernya, dan menyalakan api di
tungku hingga mengotori
pakaiannya. Itu semua terasa
berat baginya. Lalu apa
tanggapan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam tentang hal itu?
Beliau menasehati Fathimah dan
Ali bin Abi Thalib agar bertasbih
sebanyak 33 kali, bertahmid 33
kali dan bertakbir 33 kali setiap
hendak tidur . Beliau bersabda
kepada keduanya bahwa itu
semua lebih baik dari pembantu
(yang Fathimah minta –ed).” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Subscribe to:
Posts (Atom)